Oleh: Mega Silvia Fahriani (1111002075)
“Hutan Kalimantan akan habis paling lama dalam waktu 10 tahun !” [1]
Indonesia adalah negara yang pernah dijuluki "Zamrud Khatulistiwa" karena kepulauannya yang menghijau dilihat dari luar angkasa. Negara yang sempat dihormati tinggi sebagai negara sumber “Paru - Paru Dunia” karena hutan rindangnya yang mampu menghasilkan oksigen bagi nafas-nafas penduduk dunia. Semua ini menunjukkan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh bangsa dan negeri kita.
Hutan dan Manusia Saat Ini….
Tuntutan kebutuhan hidup masyarakat yang semakin meningkat dan rasa memiliki sumber daya alam yang terlalu “Fanatik” tanpa diiringi oleh rasa tanggung jawab, akan merubah pola pikir dari masyarakat itu sendiri. Pola pikir yang tidak lagi melindungi, namun justru mengeksploitasi. Penebangan pohon secara liar, penjarahan kayu hutan dan pembakaran lahan yang mengakibatkan lahan tandus justru menjadi pemandangan biasa. Mind set masyarakat Indonesia adalah “kami masih punya banyak lahan..”
Duh.. kawan! Sepertinya memang sudah saatnya negeri yang terlalu terlena ini harus disentak!
Data mencengangkan terungkap dari hasil analisa yang dilakukan Kementerian Kehutanan RI, “Tahun 2012, hutan Kalimantan hanya tersisa 16,6 juta ha, berkurang 40,7% selama 3 tahun terakhir”. [2]
Penebangan hutan yang terjadi di Kalimantan seringkali dilakukan di luar batas sehingga berakibat fatal terhadap SDA yang dimiliki oleh Indonesia sendiri. “Hampir seluruh perusahaan di Indonesia, terutama bergerak di bidang pengusahaan hutan dan pertambangan, tidak ramah lingkungan” [3]. Mereka mengeksploitasi sumberdaya alam demi keuntungan sendiri dengan cara yang sangat berlebihan. Padahal sejatinya, betapa kayanya pun seseorang, ia tidak akan dapat memiliki tanah dan air seorang diri, tanah dan air selalu akan berhubungan dengan orang lain dan kepentingan bersama.
Jika kita telusuri secara mendalam, akar permasalahan dari aksi perusakan alam ini terjadi karena lunturnya rasa cinta tanah air di hati rakyatnya. ”Cinta tanah air adalah perasaan bangga dengan apa yang ada pada tanah air Indonesia, berusaha sepenuh hati dengan segala daya upaya yang dimiliki untuk melindungi, menjaga, memelihara, dan melestarikan tanah dan air yang kita miliki beserta segala sesuatu yang hidup dan tumbuh di dalamnya. Rasa cinta tanah air inilah yang mendorong perilaku individu untuk membangun negaranya dengan penuh dedikasi”.[4]
Merdekakah negeri yang sumber daya alamnya dijajah dan dijarah oleh segelintir orang-orang yang tak lagi cinta tanah airnya? Tidak malukah kita, bahkan aktivis asing seperti Green Peace lebih mencintai alam Indonesia dibanding warga negara Indonesia sendiri ? Aku malu, kawan.
Sebagai seorang kekasih alam, selama ini kita hanya diam saja saat alam (kekasih kita) ‘diperkosa’ dan dieksploitasi hingga ‘kehormatannya’ direnggut. Kita sibuk berkelana dari satu tempat ke tempat lain tanpa mau menoleh dan mendengar jeritan hutan Indonesia yang dijarah oleh orang-orang tidak bertanggung-jawab. Upaya melestarikan kembali hutan yang telah mereka eksploitasi dianggap mengurangi nilai lebih yang tengah digenjot dalam upaya meningkatkan keuntungan ekonomi pribadi. Ironis memang, tatkala orang-orang tidak lagi mencintai tanah airnya sendiri, bumi tempatnya berpijak, tempat anak dan cucunya dibesarkan kelak.
What can we do to make it better?
Apa yang dapat kita perjuangkan saat ini dan masa-masa mendatang demi alam Indonesia bersama rakyatnya yang kita cintai? Apa yang kita lakukan dalam memperjuangkan hak rakyat Indonesia, terutama generasi mendatang, untuk memiliki alam yang lestari serta mengelolanya secara bijaksana? Semua itu memerlukan keberpihakan yang jelas. Keberpihakan membutuhkan keberanian. Keberanian melawan aksi perusakan. Senjata yang paling ampuh adalah dengan rasa kecintaan. Mari kita mulai menumbuhkan kecintaaan itu dari hal yang paling sederhana :
Cuci Mata..
Cuci mata ke mall ? ah ! Apa mata hatimu juga ter’cuci’ kawan ? Ini tentang hal yang tidak biasa.. Datanglah dan lihatlah barang sejenak dengan matamu: hutan, gunung, hamparan Zamrud Khatulistiwa itu.. sepersekiandetik akan membuat kita tertegun betapa sebenarnya tanah air kita begitu berharga. Sebut saja ini wisata alam, wisata mata dan wisata hati. Ajak orang-orang terkasih untuk bersama-sama merasakan dan berbagi rasa dengan alam.
Patriotisme tidak bisa ditumbuhkan hanya melalui slogan-slogan. Seseorang baru dapat mencintai sesuatu secara sehat apabila dia mengenal dengan baik akan obyeknya. Karena itulah.. Rasa cinta tanah air dapat bersemi dengan melihat Indonesia bersama alamnya dari dekat sehingga dapat membaca apa yang ‘mereka’ rasakan.
Suarakan alam yang bisu
Kebisuan alam menjadi salah satu penyebab eksploitasi alam oleh manusia. Seseorang akan mudah kehilangan rasa cintanya ketika tidak lagi (mau) mendengar suara yang dicinta. Ketidakpedulian semakin menjadi-jadi, saat manusia menyebutkan “kita” maka tidak lagi melibatkan alam atau lingkungan di dalamnya. Akankah kita biarkan alam terus-menerus dalam kebisuannya? Tidak. Mari kita suarakan. Suarakan kebisuan alam melalui tulisan-tulisan cerdasmu di blog, artikel, surat kabar, dan media sosial lainnya. Salurkan melalui kreatifitas dan bakat seni semisal musik, lukisan, fotografi, film documenter, dan sebagainya.
Tularkan rasa cinta
Rasa cinta itu menular. Mari kita tularkan rasa cinta dan kepedulian kita terhadap alam kepada orang-orang terdekat: keluarga, tetangga dan teman-teman sejawat. Saling mengingatkan, saling menyadarkan. Dan lihatlah perubahan positif apa yang akan terjadi ! Bayangkan jika semua orang bersatu dan berjuang bersama demi kehidupan alam Indonesia. Akan lebih banyak lagi pejuang-pejuang seperti KOPALHI (Komunitas Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup) di Majalengka dan KOMPAS (Komunitas Pencinta Alam Sesama) di Bandung.
Hijaukan !Hijaukan !
Menanam pohon sama dengan menanam generasi mendatang. Semakin hijau alam kita, semakin lestari negeri Indonesia. Jika satu orang menanam satu pohon, maka akan tumbuh lebih dari 250 juta pohon di seluruh pelosok Indonesia. Mengagumkan. Mari bersama-sama bergotong-royong melakukan aksi pelestarian dengan menanam tanaman di mulai dari lingkungan terdekat. Kekurangan lahan ? Bukan hambatan. Kita bisa membuat taman sendiri di pekarangan rumah, di balkon, bahkan di atap rumah sekalipun.
Jangan Menyerah.
Semua yang terjadi di negeri ini adalah teguran manis dan cubitan sayang dari Yang Maha Kuasa. Bung Karno berkata; “Di gembleng hancur lebur bangkit kembali! Di gembleng hancur lebur bangkit kembali!”
Rahim Nusantara telah melahirkan para generasi baru yang akan muncul sebagai para negarawan dengan wawasan yang menembus jauh ke depan dan berfikir serta bekerja untuk rakyat dan alam Indonesia. Itulah kita, kawan ! Bersatu menentang perusakan, Berjuang demi generasi sekarang dan mendatang, dan terutama demi alam yang lestari dan hak mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab dan rasa kasih sayang.
IF YOU LOVE SOMETHING, YOU WILL FIGHT FOR IT !
Sumber Rujukan :
[1] “Hutan Kalimantan Rusak dalam 10 Tahun”, Dalam Harian Kompas (09 Juni 2011, hal 2)
[2] “SBY Harus Evaluasi Izin Konsesi Hutan Tambang” http://surabaya.okezone.com/read/2012/02/02/452/568281 2 Mei 2012 pk. 09.10
[3] “Hampir Semua Perusahaan di Indonesia Tak Ramah Lingkungan”, Dalam Harian Media Indonesia (17 Mei 2012)
[4] A, Doni Koesoema, Pendidikan karakter, Grasindo, Jakarta, 2007 hal. 210
[5] SedarnawatiYasni. Citizenship, CetakanKedua. Jakarta: Media Aksara. 2010: 417